Kamis, Februari 14, 2013

Musik Rock Indonesia di Tahun 70 an

REPUBLIKA.CO.ID-- JAKARTA -- Bagi Soekarno, presiden pertama negara ini, semua nama, semua title, harus menggunakan bahasa Indonesia. Ia dikenal antibarat. Demikian juga dengan musik yang berkembang saat itu. Semua jenis aliran musik, nama band tidak boleh mengadaptasi atau menggunakan istilah-istilah barat.

Maka di awal 60 an, muncul sejumlah band dengan mengusung nama-nama nasionalis. Sebut sajja band  Panca Nada, Band Arulan, Orkes Bayu, Band  Zaenal Combo, Orkes Suita Rama, Orkes Simanalagi, Orkes Gaya Remaja, Orkes Irama Nada, Orkes Nada Kentjana,Orkes Prima Nada,Orkes Tjandra Kirana, Orkes Seni Maya, Orkes Mustika Rama, Orkes Sahabat Lama, Orkes Suwita Rama, Band Eka Sapta, Band Ayodhia, Band Medenasz, Orkes Rachman A, Band Diselina, Band Quarta Nada, Band Bina Ria.

Hingga kejatuhan Soekarno sebagai presiden, dan memasuki era orde baru, mulai bermunculan band-band seperti : Band Parwita Junio,Band Aria, Band Aria Junior, Band Darma Putra Kostrad, Band Elektrika, The Memory, De Prinz, The Brims (Brimoresta), D’Hand, The’Matador, Band Halpers, Koes Plus, Pandjaitan Bersaudara , Usman Bersaudara atau Kembar Group. No Koes, Madesya Group,Ivo’s Group, Band Vista, Band D’Mecy ,The Rhythm Boy’s.

Sejak era Koes Plus, jenis music rock sebenarnya sudah diperkenalkan secata tidak langsung. Istilah musik Ngik Ngok yang dikecam oleh Soekarno yang kemudian diadaptasi oleh Koes Plus adalah cikal bakal musik rock di Indonesia.  Lagu Kelelawar Koes Plus misalnya, diyakini sebagai mulainya era musik rock atau kemudian dikenal di Indonesia dengan nama music cadas.

Memasuki era 70 an, seiiring dengan keterbukaan segala informasi, mulailah bermunculan sejumlah band yang mengusung musik rock. Beberapa anak muda kemudian mengadaptasi kebudayaan barat tanpa jeda. Inggris dan Amerika dianggap sebagai kiblat baru para musisi-musisi muda ini untuk merealisasikan karya-karya mereka. Beberapa band yang kemudian dikenal di Tanah Air saat itu adalah God Bless dan AKA.

Kebetulan, perkembangan musik rock di Eropa dan Amerika pun sedang berkembang pesat. Led Zeppelin, band asal Inggris, membuat masyarakat terkaget-kaget karena mampu mempopulerkan raungan gitar yang meraung-raung. Ditambah lagi dengan band asal Amerika, Deep Purple. Kedua band  ini dianggap sebagai cikal bakal jenis music baru yaitu Heavy Metal.

Demikian juga dengan Yes, Genesis, Pink Floyd. Mereka membuat music rock tidak hanya sekedar bising di telinga, namun memadukannya dalam sebuah harmoni music yang indah. Muncul lagi istilah Art Rock atau lebih dikenal dengan istilah progresif rock.

Perkembangan music rock di barat (dalam hal ini Amerika dan Eropa) berimbas juga ke Indonesia. Bak jamur yang tumbuh di musim hujan, band-band pun bermunculan. Gaya para musisi rock di luar diadaptasi oleh para anak-anak muda tersebut. Rambut gondrong, celana cutbrai, celana kulit, baju ketat, lusuh menjadi identitas anak-anak muda di Indonesia saat itu.

Tak lupa, mereka pun menamakan band-band mereka dengan nama-nama barat. Superkid, God Bless, Giant Step,  Freedom of Rhapsodia,Bentoel & Mickey Michael Merkelbach The Rollies,,The Rhythm Kings,Golden Wings,C’Blues,God Bless, Young Gipsy, AKA, SAS, The Templars, Superkid, Freedom, Shark Move, Menstril’s,Great Session,The Amateur,Destroyer,Lime Stone,Voodoo Child,Mama Clan’s, Freemen, Reg Time, Silver Train, Free Men, Black Spades,Ireka,The Rhadows,Chekinks, Equator Child,Double Zero,Ternchem Stallion,Lizard,Paramour, Big Brothers,ODALF, Sea Men, Fancy, Zonk, Savoy Rhythm, Provist (Progressive Student), Diablo Band, The Players, Happiness, Thippiest, Comets, DD (Djogo Dolok), Jack C’llons, C’Blues, Memphis (yang kemudian menjadi Man Face), Delimas, Bani Adam Band,G’Brill, Batu Karang, Red&White, Topics & Company, The Rollies, Philosophy Gang Of Harry Roesli, Paramour, Finishing Touch, Freedom, Lizard, Big Brothers, Brotherhood ,Speed King, Oegle Eyes.

Mereka inilah yang dianggap sebagai generasi pertama pemusik cadas Indonesia yang penuh bakat dan inovatif. Saat itu muncul Majalah Aktuil, yang memang mengkhususkan diri sebagai  majalah musik dan gaya hidup.



(artikel ini ditulis MH Alfie Syahrine dari Komunitas Pecinta Musik Indonesia)

0 komentar:

Posting Komentar