Rabu, Mei 26, 2010

Makam Bung Karno




Makam Bung Karno Proklamator Kemerdekaan RI dan Presiden pertama RI berada di Kelurahan Bendogerit, Kecamatan Sanawetan Kota Blitar Jawa Timur. Komplek makam seluas 1,8 Hektar Sejak seperempat abad lalu, tepat sewindu setelah Ir Soekarno wafat dan dimakamkan di sana, 21 Juni 1970, kompleks makam dipugar. Dengan pemugaran itu pencitraan Makam Bung Karno sebagai ikon Kota Blitar semakin dikukuhkan. Ikon itulah yang mampu menyedot pengunjung berziarah di sana. Hingga pada tahun 2003 di areal makam di bangun perpustakaan sekaligus mini museum.

Pintu masuk Makam ini dimulai dari jalanan yang menghubungkan perpustakaan yang berada di sisi selatan komplek makam hingga sampai pada gapura Agung yang menghadap ke selatan. Kehadiran sarana penunjang ini tentu melengkapi ''keterbukaan'' makam presiden pertama RI itu, yang sekarang benar-benar terbuka untuk umum. Artinya, setiap orang yang berziarah ke makam Bung Karno bisa langsung mendekat ke pusara.

Kalau toh ada pembatas, bentuknya cuma pagar kayu setinggi lutut yang dipasang secara keliling, berjarak 2,5 meter dari pusara. Pada jam-jam sepi pengunjung, para peziarah diizinkan untuk memasuki pagar ini.

Bangunan utama disebut dengan Cungkup Makam Bung Karno. Cungkup Makam Bung Karno berbentuk bangunan Joglo, yakni bentuk seni bangunan jawa yang sudah dikenal sejak dahulu. Cungkup Makam Bung Karno diberi nama Astono Mulyo. Diatas Makam diletakkan sebuah batu pualam hitam bertuliskan : "Disini dimakamkan Bung Karno Proklamator Kemerdekaan Dan Presiden Pertama Republik Indonesia. Penyambung Lidah Rakyat Indonesia." Dahulu bangunan makam yang berbentuk joglo berukuran besar tersebut tertutup rapat oleh dinding kaca. Peziarah hanya bisa melihat batu nisan dari luar kaca penyekat. Perubahan tata ruang bangunan di makam itu terjadi pada 2001.

Saat negeri ini dipimpin oleh Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dan Megawati sebagai wapresnya, dinding kaca yang membalut bangunan makam itu dibongkar total. Kini pusara Bung Karno yang diapit oleh makam kedua orang tuanya, R Sukemi Sosrodihardjo dan Ida Ayu Nyoman Rai, benar-benar terbuka untuk umum. Artinya, setiap peziarah yang datang ke joglo makam tersebut bisa langsung menyentuh batu nisan. Sebagai kawasan wisata ziarah andalan, dengan kunjungan rata-rata 1.000 peziarah per hari.

Menurut data Pemkot Blitar, sepanjang tahun 1999 sebanyak 315.343 wisatawan lokal maupun mancanegara berkunjung ke Makam Bung Karno. Jumlah itu naik setiap tahun menjadi 365.647 wisatawan (tahun 2000) dan 408.833 wisatawan (tahun 2001)

Selengkapnya.........
Selasa, Mei 25, 2010

Selamat Jalan mbah Gesang





Dengan nama lengkap Gesang Martphartono, lahir di Surakarta, Jawa Tengah pada tanggal 1 Oktober 1917. Gesang dikenal sebagai “Maestro keroncong Indonesia” dengan lagu Bengawan Solo yang terkenal dan legendaris itu. Bukan saja lagu tersebut terkenal di dalam negeri Indonesia saja, di Jepang pun lagu Bengawan Solo sangat terkenal dan banyak digemari terutama oleh kalangan “sepuh” nya. Lagu Bengawan Solo diterjemahkan ke dalam setidaknya 13 bahasa dunia, termasuk diantaranya dalam terjemahan bahasa Inggris, bahasa Tionghoa, dan bahasa Jepang.

Jepang memberikan penghargaan kepada Gesang pada tahun 1983, atas jasanya dalam perkembangan musik keroncong. Bentuk penghargaannya diwujudkan dalam bangunan Taman Gesang di dekat Bengawan Solo. Pemeliharaan Taman Gesang ini didanai oleh Dana Gesang, sebuah lembaga di Jepang yang didirikan untuk Gesang

Maestro Keroncong Indonesia (Bengawan Solo)




SELAMAT JALAN GESANG.. RIWAYATMU INI SEDARI DULU JADI PERHATIAN INSANI


Selengkapnya.........
Jumat, Mei 07, 2010

Bimbim Berhenti Merokok



SELAIN menyuguhkan warna musik baru di album anyar, juga ada perubahan pada Bimbim. Rambutnya rapi dan tubuh terlihat lebih segar serta berisi.


"Berat badanku naik 10 kg berkat berhenti merokok awal tahun ini. Tadinya 51 kg, sekarang 61 kg," kata Bimbim.

Keputusan Bimbim berhenti merokok bukan karena desakan Bunda Iffet atau pun istrinya. Tapi lebih pada kesadarannya sendiri.

"Langsung saja berhenti, enggak pakai terapi. Tahun lalu aku berhenti minum alkohol, jadi mulai 1 Januari 2010 aku berhenti merokok. Kebetulan kesehatan juga enggak mendukung untuk terus merokok. Ya, sudah jalannya saja. Buktinya begitu aku berhenti, ada pengumuman haram merokok, hehehe. Sekarang tinggal Kaka dan Ivan yang belum berhenti. Lainnya (Ridho dan Abdee) sudah," jelas Bimbim tertawa.

Gantinya rokok, setiap hari Bimbim mengunyah permen mint. "Untuk menghilangkan rasa enggak enak di lidah itu kalau berhenti merokok agak sulit, makanya harus dikasih mint biar terbiasa. Biar enggak grogi juga pas nyanyi, biasanya aku cari pensil buat dipegang seperti rokok," pemilik nama asli Bimo Setiawan Almachzumi ini menjelaskan.

Keluarga menyambut positif perubahan kebiasaannya itu. "Ketika aku masih merokok, anakku sampai mengusir dari rumah: 'Keluar, keluar, jangan merokok di dalam.' Makanya, pas tahu aku sudah berhenti, dia happy banget," ujar Bimbim, mengaku pola hidupnya sekarang jauh lebih sehat dan teratur.

"Tidur nyenyak, makan enak, dan kalau menemani anak jalan-jalan bisa tenang tanpa bingung mencari tempat buat merokok," tambahnya.

http://www.tabloidbintang.com/

Selengkapnya.........
Jumat, Mei 07, 2010

Slank Konser lagi



KEKECEWAAN para Slankers yang tidak dapat menyaksikan konser terbuka Slank selama beberapa bulan terakhir terobati mulai pekan ini. Adalah Karnaval SCTV sebagai rangkaian perhelatan ulang tahun SCTV ke-20 yang dipastikan mengajak Kaka (vokal), Bimbim (drum), Ridho (gitar), Abdee (gitar), dan Ivanka (bas) untuk tampil di Lapangan Tegallega, Bandung, Jumat (9/4) ini.


Sekitar tujuh lagu, di antaranya “Bang-Bang Tut” dan “Gosip Jalanan”, dibawakan Slank baik medley, akustik, maupun full. "Ini outdoor show pertama kami tahun ini. Yang pasti exciting banget karena Slankers bisa kumpul lagi," sebut Bimbim di Senayan City, Jakarta.

Selain Bandung, Slank juga akan main pada penutupan Karnaval di Malang, Jawa Timur, 14-16 Mei mendatang. "Sampai saat ini izin masih on. Tidak ada tanda-tanda dilarang. Mudah-mudahan sampai hari-H enggak ada apa-apa," Febry Meuthia dari pihak SCTV berharap.

Kesulitan mendapatkan izin konser, dirasakan Slank sejak sebelum Pemilu 2009. Bahkan, terhitung mulai September 2009 Slank terpaksa puasa manggung. Terakhir, Desember tahun lalu Slank dilarang menggelar konser di Pekan Raya Jakarta (PRJ) untuk merayakan ulang tahunnya.

Sebelumnya Slank sudah mencoba di dua tempat lain, juga tidak mendapatkan izin. Jelas sangat merugikan Slank. Apalagi, ini tidak dipukul rata. Banyak band lain manggung, tanpa syarat macam-macam.

"Totalnya sudah 10 konser Slank di berbagai kota yang tidak diizinkan polisi," keluh Bimbim.

Muncul dugaan Slank dilarang konser karena keterlibatannya dalam aksi mendukung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Saat itu KPK sedang ramai berseteru dengan polisi dalam kasus Cicak-Buaya.

Mengingat Karnaval ini dinilai istimewa, Slank sudah menyiapkan lagu baru berjudul “Jurus Tandur”, yang bakal dirilis bersamaan dengan album anyar Mei mendatang.

"Insya Allah ada revolusi di industri musik Slank. Tapi aku belum bisa ngomong lebih jauh lagi. Yang pasti album baru keluar dengan beda. Ada 15 track, lagu baru semua. Salah satunya duet sama Fahrani. Judulnya ‘Kukejar dan Kutangkap Kau’," bocoran sang drummer mengibaratkan Fahrani itu Kaka versi cewek lantaran tatonya banyak dan pemberontak.

Ada rencana konser untuk menandai keluarnya album baru? "Ada di PRJ. Target sih 20 Mei pas Hari Kebangkitan Nasional. Cuma sampai sekarang izin belum keluar, masih proses. Kalau pun enggak dapat izin, banyak yang bilang jalan terus saja. Ini, kan era demokrasi, masa masih ada larang-larangan," Bimbim mengharapkan izin tidak dipersulit.
http://www.tabloidbintang.com/


Selengkapnya.........
Jumat, Mei 07, 2010

sfc Malang






PERINTISAN

1995, Slank ke Malang dengan konser bertitel “Tour Emas”, membuat kota Malang bergetar! Apalagi Slank turut mengajak Imanez (almarhum) dan Oppie Andaresta, bahkan sempat konvoi keliling kota, Malang tambah bergelegar!

Jumpa fans pun digelar sebelum hari H. Banyak fans yang turun gunung, datang jauh-jauh dari pantai selatan Malang, seluruh penjuru Malang Raya. Tapi sayang, mereka tak semua bisa merasakan euforia “Jumpa Fans” itu. Cukup banyak yang sowan ke hotel, mereka sekedar ingin mengucap "selamat datang" ke Slank tetap saja tak bisa. Walau kecewa, mereka tetap nonton dengan perasaan puas (tetap ber-tiket lho...).

Bejo yang sempat “hilang” dari peredaran, khususnya dari peredaran Potlot, akhirnya bertemu kembali, reuni! Melihat hal tersebut sebelumnya, tercetus sebuah ide, sederhana saja, untuk membuat wadah yang juga sederhana, paguyuban Slank di Malang. Slank setuju, tapi belum diresmikan. Proses "merintis" pun dimulai...

Setiap Slank ke Malang, ada konser atau pun tidak, misalnya pada saat promo radio “Traxap”, band mayoritas wanita kecuali drumernya (Masto, adik Mas Bim), selalu diberikan laporan perkembangan dari proses perintisan tersebut. Saat itu bascamp masih sementara beralamat di Badut.

Saat ada waktu (pulang ke Jakarta), laporan perkembangan selalu kami sempatkan untuk disampaikan secara umum kepada Lulu Ratna (adik Gugun Gondrong) selaku Manager Slank saat itu, Masto (road manager), juga secara khusus kepada Mas Bimbim.

Kami yang suatu saat, kebetulan, sempat ber-“kaki lima” di Alun-alun kota Malang, saat belum dikejar-kejar Satpol PP, memanfaatkan waktu "merintis" tersebut untuk sosialisasi kepada lingkungan masyarakat pada umumnya dan komunitas slanker’s di Malang pada khususnya.

Kebetulan juga, saat itu kami sudah mengadakan jual beli dengan Pubi, berupa merchandise Slank asli, yaitu kaos dan poster. Asesoris itu pula yang secara langsung sangat membantu proses sosialisasi kami. Bersamaan dengan itu, penyebaran angket (questioner) pun kami dilakukan. Mencari pendapat, tentang "niat dibentuknya sebuah paguyuban slanker’s di Malang".

Saat kemudian sepakat, satu suara, musyawarah umum!
Hasilnya, tercetus:
Nama (Slank Fans Club Malang)
Alamat Sekretariat
Pengurus
KTA (Kartu Anggota)
Proker (program kerja jangka pendek)
PERESMIAN

Suatu waktu, terdengar kabar Slank akan manggung di Malang. rencananya, sekaligus meresmikan fans Club. Persiapan pun kami lakukan.

Mulai dari mencari dan memperkenalkan diri kepada EO dan pihak sponsor, hingga turut serta sebagai panitia, minimal sebagai ticket box.

Hari H semakin dekat, beberapa konfirm telah kami jalankan. Berapakali rapat tak lelah kami ikuti. Sepakat, kami membantu menyediakan kendaraan dan menurunkan 10 anggota khusus sebagai panitia yang akan mengawal Slank. Persiapan tempat peresmian juga telah kami lakukan, rencananya, di salah satu cafe di tengah kota. CS dan penanggung jawab cafe telah menyatakan positif.

Ternyata...
H-1, kepanitiaan kami dicabut tanpa sebab! Pagi hari, hari H, rencana peresmian digagalkan panitia juga tanpa sebab! Pada detik-detik terakhir jumpa fans, kami dilarang terlihat disekitar lokasi!?

Apa hak mereka? Apa dasarnya, melarang, walau hanya sekedar fans, untuk bertemu di jumpa fans?! Apa arti jumpa fans?

Protes kami lakukan! Pada awalnya, kami sedikit menjauh dari lokasi jumpa fans, walau tetap memantau perkembangan itu sambil tetap berjualan, kaki lima! 10 orang, khusus tetap kami sebar, tanpa atribut!

Luas lokasi dan daya tampung yang memang tidak memungkinkan menampung banyak orang, jarak yang terlalu dekat dengan fans dan tak ada panitia yang mengawal pergerakkan Slank dari dalam ruang ke luar. Terjadi yang harus terjadi! Kaka marah! Bimbim marah! Slank marah! Bejo di cari!

Setelah masuk ke ruang utama cafe, Bejo hanya sebentar bertemu Luluk dan Masto. Tak sempat jelaskan yang terjadi, sedikit berbincang, tak jadi kami resmi, kami pulang dengan emosi tinggi! Menunggu di basecamp dengan emosi tinggi!

Malam sekitar pukul 8, Bejo akhirnya bertemu dengan Mas Bim-bim dan Ka2 di hotel tempat slank menginap. Dijelaskan yang harus dejelaskan! Dibuka apa yang harusnya terbuka! Mas Bim-bim naik pitam, mencari panitia! Tapi tak tampak apa yang dibicarakan.

Pulang, malam itu bascamp penuh dengan tanda tanya! Pagi datang, semakin berat rasa was-was! Tapi, saat datang kabar harus meluncur ke hotel, sedikit asa muncul! Sebentar saja, kabar peresmian semakin memacu adrenaline kami!

Akhirnya, setelah dua tahun merintis dan sempat pindah alamat, 9 Nopember 1997, SFCM diresmikan di sebuah hotel di Malang, dengan alamat sekretariat di Jl. Gambuta II Blok i No.4.

Bunda Iffet dan Om Sidharta juga hadir waktu itu, selain Slank. Bunda sebagai perwakilan Pubi (Pulau Biru) juga ikut menandatangani surat peresmian SFC Malang.
Thank's GOD...
Slank Fans Club Malang resmi berdiri!

Selengkapnya.........
Kamis, Mei 06, 2010

The Rolling Stones discography





The Rolling Stones adalah legenda, pada saat mereka pertama kali tampil –tahun 1964– The Beatles tampil sempurna, rambut, harmonisasi serta jasnya, dan mereka membungkuk memberi hormat bersama-sama. Musik The Beatles luar biasa canggihnya, segalanya sangat menarik dan asing di jaman itu, tapi juga menciptakan jarak akibat kesempurnaan itu. Dan pada saat itulah The Rolling Stones membawa pesan, “Mungkinanda juga bisa melakukan itu”. Rambutnya berantakan, harmonisasinya kurang merdu. Dan mungkin tidak ada yang ingat kapan mereka pernah tersenyum. Mereka meniru sikap R&B tradisional, “Kami tidak bergelut dalam dunia hiburan. Kami bukan musik pop”.

Suara Mick Jagger memancarkan daya tarik sensual yang dewasa. Ini bukan sensual dalam pop, –berpegangan tangan kemudian berciuman– ini benar-benar nyata. Jagger memiliki kemampuan berbincang sebagaimana para penyanyi R&B dan blues, setengah bernyani, tidak selalu mencapai nada. Diterimanya suara Mick Jagger di radio pop adalah terbosan baru dalam rock&roll. Dia membuka pintu untuk orang lain. Tiba-tiba saja kemudian seorang Eric Burdon dan Van Morrison tidak terdengar aneh lagi, begitu pula dengan Bob Dylan.

Ini benar-benar unik, seorang penghibur kulit putih yang mengikuti cara kulit hitam. Elvis Presley melakukannya, dan orang berikutnya adalah Mick Jagger. Tak ada pemuda kulit putih lain yang melakukannya. Mereka pernah berdiri dan bernyanyi seperti The Beatles. Mereka membiarkan roh mengendalikan tubuhnya, melepaskan semua batas-batas yang ada, tidak terkendali. Inilah yang dirasakan Mick Jagger. Dia meniru beberapa langkah dari James Brown dan Tina Turner. Gerakan-gerakan aneh yang dilakukan Mick Jagger berasal dari keduanya. Lalu Iggy Pop dan Jim Morrison mengembangkannya.

Pada awalnya The Rolling Stones adalah band milik Brian Jones. Dia pula yang memberikan nama tersebut pada bandnya. Dia bertindak sebagai Manajer yang mengurus tawaran konser dan segala sesuatu yang menyangkut media. Aroma dan keagrasifan The Rolling Stones berasal dari seorang Brian Jones. Begitu juga dengan tradisi. Dia memainkan gitarnya dengan leher botol, lalu pada album-album seperti December’s Children dan Aftermath, dia memainkan berbagai instrumen lain sebagai “pemanis”. Dia begitu kreatif dan penting bagi The Rolling Stones.

Tapi Keith Richards juga telah disepelakan dan dipandang hanya sebagai rhythm-guitarist, padahal solo-solonya lewat “Heart of Stone”, “It’s All Over Now” dan riff-riff hebatnya di “Satisfaction” dan tentunya “The Last Time” yang dianggap oleh The Rolling Stones sendiri sebagai lagu serius pertama yang pernah mereka buat. “Hongky Tonk Woman” hanya terdiri dari satu kunci, lalu dia mengubah seteman versi lima senar, ada pola kunci yang terkait denagn setemannya itu –sebut saja efek “Gimme Shelter”– dimana mereka menambahkan nada suspensi, sehingga menjadi lebih melodis dan ritmis secara bersamaan.

Dibanding denganrhythm section lainnya dalam dunia rock&roll hingga saat ini Bill Wyman dan Charlie Watts paling tahu bagaimana cara bergoyang. Lain halnya dengan sekarang, rock&roll pada jaman itu ditujukan untuk bergoyang. Bisa terbayang betapa serunya berada di Richmond Hotel di London dan Station Hotel sekitar tahun 62 dan 63, penonton menggila, The Rolling Stones juga gila.

Ada banyak generasi masa kini yang hanya mengenal The Rolling Stones sebagai ikon. Tak ada ikatan batin dengan musiknya. Kepada mereka, mungkin harus direkomendasikan empat album pertama yang versi amerika, “England’s Newset Hitmakers”, “12×5″, “Now” dan “Out of Our Hands”. Pelajaran berikutnya adalah era besar kedua, “Beggars Banquet”, “Let It Bleed”, “Sticky Fingers” dan “Exile on Main Street”. Itu merupakan rangkaian album terhebat dalam sejarah, dan semuanya dihasilkan hanya dalam tiga setengah tahun.

Dalam banyak hal, The Rolling Stones bermain lebih baik dibanding sewaktu di tahun 60-an. Mereka cukup berantakan di masa-masa awal–tapi semua orang menikmatinya–. Secara teknis, mereka belum pernah sebagus ini. Masalahnya, power mereka berasal dari 12 album pertama. Hanya sedikit lagu bagus setelah tahun 1972. Sehebat apa mereka seandainya mereka masih membuat album yang semegah konser mereka sekarang ?

Tapi dalam konser, mereka masih dapat menyampaikan kekuatan masa lalu. Masih banyak yang dapat dipelajari dari The Rolling Stones: Tulislah lagu bagus, dan jagalah kesehatan serta gairah untuk bermain setiap malam, dan mungkin kesempatan untuk bisa sehebat Mick Jagger dan hidup lebih lama bisa terwujud. Semua orang takjub karena Keith masih hidup. Dia tampak kebal terhadap segalanya, tapi sebaiknya jangan mencoba ikut-ikutan. Jujur saja: Pemakaian narkoba akan merusak segalanya, termasuk penulisan lagu. Untungnya dia masih bisa bermain dan menjalani tur 40 tahun kemudian. Tak banyak band yang bisa awet sampe 4 tahun, apalagi sampe 40 tahun.

Rasanya tidak ada yang ingin mereka pensiun, karena jika mereka tetap bermain, itu merupakan promosi terbaik untuk lagu-lagunya. Mungkin setting panggungya sekarang sudah jauh lebih ramai, tapi mereka tetap menjadi pusat perhatian. Mereka tetap tampil semaksimal mungkin, dan membuktikan bahwa :

Jika kita tetap berpegang teguh pada prinsip dan tidak berkompromi dengan apa yang sedang terjadi, kita bisa bertahan sangat lama.








Forty Licks (The Rolling Stones)
The band that proclaimed itself "The Greatest Rock & Roll Band in the World" has long since represented rock's most overarching confluence of art and commerce--with a distinct emphasis on the latter in recent decades--a notion this 40-track, five-decade-spanning anthology can't completely escape.






Artist's Choice: Rolling Stones (The Rolling Stones)
James Brown, Al Green, Otis Redding, Muddy Waters, Sly & The Family Stone, The Beach Boys etc. Everyone is on here.









As It Happened (The Rolling Stones)
A unique 4-CD collection of classic interviews with The Rolling Stones, spanning the whole of the band's turbulent existence from the early 1960's to the present day.









No Security [LIVE] (The Rolling Stones)
This is the seventh live Stones album and the second to appear in three years.












Bridges to Babylon (The Rolling Stones)
It's no use comparing Stones albums to Exile on Main St. anymore; the world's greatest rock & roll band clearly substitutes finances for passion these days.


















Stripped [LIVE] (The Rolling Stones)


















Voodoo Lounge (The Rolling Stones)

















Jump Back: Best of 71-93 (The Rolling Stones)
Full title - Jump Back: The Best Of The Rolling Stones 1971-1993'. Never released in the U.S., this collection features 18 of the Stones' best hits after leaving Abkco in 1971, all remastered from the original masters via 20 bit technology. Features 'Start Me Up', 'Brown Sugar', 'It's Only Rock 'N' Roll', 'Mixed Emotions', 'Angie', 'Miss You', 'Hot Stuff', 'Beast Of Burden', 'Wild Horses', 'Bitch', 'Undercover Of The Night', & more! Virgin. 1994. --This text refers to the Audio CD edition.













Flashpoint [LIVE] (The Rolling Stones)
















Singles Collection: The London Years (The Rolling Stones)
The most comprehensive anthology of the Rolling Stones' prime early work collects every single from the beginning up through 1971, A- and B-sides.














Steel Wheels (The Rolling Stones)













Dirty Work (The Rolling Stones)














Undercover (The Rolling Stones)














Tattoo You (The Rolling Stones)
® 1981 © 1994 Virgin Records
Often viewed as the band's last great album, Tattoo You contributed one true classic, "Start Me Up," to the Stones' canon.














Emotional Rescue (The Rolling Stones)














Some Girls (The Rolling Stones)
A fresh, uncompromising attempt to incorporate 1978 pop techniques into the band's familiar sound, Some Girls opens with the disco sass of "Miss You" and closes with the self-destructive punk of "Shattered." (Both songs, especially "Miss You," with its distinctive Mel Collins sax solo, remain live showstoppers.)














Love You Live (The Rolling Stones)
1977's Love You Live lands near the top of the list of the Stones' half-dozen live albums; especially for the brief set of Chuck Berry, Bo Diddley, Muddy Waters, and Howlin' Wolf stuff recorded at Toronto's El Mocambo (while Keith Richards was waiting out the legal hassles of a heroin bust five days earlier).











Black & Blue (The Rolling Stones)














It's Only Rock N Roll (The Rolling Stones)













Goat's Head Soup (The Rolling Stones)












Exile on Main Street (The Rolling Stones)
From the swaggering frustration in the first song ("I only get my rocks off while I'm sleeping," Mick Jagger sings in the hyper "Rocks Off"), the Stones speed through familiar neighborhoods of country, blues, and R&B on Exile.










Hot Rocks, 1964-1971 (The Rolling Stones)
It's the rare greatest-hits album that takes on a life of its own. Generally, best-of collections are superceded by updated retrospectives. Hot Rocks is one of the rare exceptions to the rule.











Sticky Fingers (The Rolling Stones)
"Sister Morphine," the heart of guitarist Mick Taylor's first full studio album with the Stones, doesn't get the airplay of "Brown Sugar" or "Wild Horses."











Get Yer Ya-Ya's Out! [LIVE] (The Rolling Stones)
Introduced at the beginning of their second live album as "the greatest rock & roll band in the world," the Stones come off instead as perhaps the world's sloppiest.














Let it Bleed (The Rolling Stones)
One of the Stones' most beloved albums, 1969's Let It Bleed was a benchmark for several reasons.











Through the Past, Darkly (Big Hits, Vol. 2) (The Rolling Stones)
This second greatest hits collection serves up the band's classic mid- '60s period, capped off by the death of Brian Jones for whom this collection is dedicated.



Beggars Banquet (The Rolling Stones)
Opening with "Sympathy for the Devil," the Stones' infamous we-are-evil poem, this all-original 1968 album began a quality streak almost unmatched in rock & roll.






Between The Buttons (The Rolling Stones)
The Stones began their transitional period, from reinvigorating R&B standards (on their early albums) to reinventing rock & roll (on the brilliant four-album streak beginning with Beggars Banquet), on this underrated 1967 collection.








Their Satanic Majesties Request (The Rolling Stones)
Clearly their answer to Sgt. Pepper, or at least "All You Need is Love," Satanic Majesties is actually as sloppy an artifact as Flowers.











Flowers (The Rolling Stones)
So the Stones take off a few months to write, get arrested, the usual, and their U.S. label tosses together the 1967 version of December's Children, complete with tackily precious "psychedelic" artwork.












Aftermath (The Rolling Stones)
For this 1966 album, one Stone asserted himself even more than Mick Jagger and Keith Richards, who for the first time wrote all the album's songs.











Got Live If You Want It! [LIVE] (The Rolling Stones)















Out Of Our Heads (The Rolling Stones)
This one misses a golden opportunity by not including "Get Off of My Cloud" ("Just 'cause you feel so good, d'ya have to drive me out of my head?"), but that's about the only mistake it makes.













The Rolling Stones Now! (The Rolling Stones)
The covers on this 1965 gem are a bit more obscure than on the Stones' first two long-players, not a bad thing for a band still getting its writing chops together (if admirably; "Heart of Stone" and "Surprise, Surprise" are particularly strong).











December's Children (And Everybody's) (The Rolling Stones)
Before this 1965 blues-rock masterpiece, the Stones were the best of the many British bands living out their Muddy Waters dress-up fantasies.













12 X 5 (The Rolling Stones)
The best of the Stones' first three albums of hopped-up R&B, 12 x 5 hints at why there was more to this quintet than to blues-reviving brothers like the Yardbirds and the Animals.










The Rolling Stones (England's Newest Hitmakers) (The Rolling Stones)
The Stones got their groove on early, making one of the few originals here, the blues pastiche "Little by Little," a standout in terms of cool-eyed intensity.













Metamorphosis (The Rolling Stones)















Big Hits (High Tide and Green Grass) (The Rolling Stones)
Noteworthy for the first album appearance of "19th Nervous Breakdown" and the hit version of "Time Is on My Side," this first collection in a long line of Rolling Stones retrospectives collects the early singles of a band that was slowly and surely becoming the World's Greatest Rock & Roll Band.











Rolling Stones Rock and Roll Circus [LIVE] (The Rolling Stones)













Singles 1963-1965 (The Rolling Stones)
The first in a series of three box-set collections, 1963-1965 pulls together the US and UK singles and EPs from the onset of the legendary band's recording career.



Releases
Studio albums 29
Live albums 10
Compilation albums 33
Extended plays 3
Singles 92
Side project album 1
Box set 1

Selengkapnya.........