Senin, Februari 25, 2013

SLANK FANS CLUB BLITAR

Selengkapnya.........
Sabtu, Februari 23, 2013

Slank Kini Kantongi Jaminan Tertulis Polisi untuk Konser

SETELAH melakukan komunikasi dengan pihak Mabes Polri, Slank saat ini sudah merasa lega. Pasalnya, grup musik beraliran rock ini dijamin oleh Mabes Polri bahwa seluruh konsernya tidak akan kembali dibredel. Bahkan, soal kesepahaman antara Slank dan kepolisian ini bukan hanya omongan, tapi ada kesepakatan tertulisnya. "Jaminannya tertulis. Ini setelah diskusi panjang. Karena jaminan itu juga, maka nggak ada masalah (dengan UU No 2 Tahun 2002 tentang izin keramaian)," kata Bimbim di gedung Mabes Polri, Jum'at (22/2) sore Karena jaminan itu, Slank memilih untuk membatalkan gugatannya di Mahkamah Konstitusi. Slank berkeyakinan gugatannya terhadap UU tersebut tidak kondusif untuk di tahun politik ini. Mereka takut dikendarai kepentingan politik tertentu. Sebelumnya, setelah bertemu dan berkonsultasi langsung dengan Mahfud MD di gedung Mahkamah Konstitusi pada 22 Januari lalu, Slank melanjutkan dengan mendaftarkan gugatannya pada Rabu, 6 Februari 2013. (man/ade)

Selengkapnya.........
Sabtu, Februari 23, 2013

Damai dengan Polisi, Slank Cabut Uji Materi UU Kepolisan di MK

Liputan6.com, Jakarta : Secara mengejutkan, grup musik Slank mencabut uji materi UU No.2 tahun 2002 pasal 15 ayat 2 di Mahkamah Konstitusi. Slank mencabut uji materi uu tersebut karena polisi memberikan jaminan kalau Slank tak akan dipersulit setiap menggelar konser. "Kami mencabut usulan uji materi di MK, dengan jaminan kami tidak pernah dicekal lagi. Bahkan polri akan mendukung Slank tampil dimana saja dan untuk musisi mana saja," kata Bimbim bersama personel Slank lainnya beserta Kabagpenum Kombes Pol Agus Rianto, saat menggelar konfrensi pers di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Jumat (22/2/2013). Menurut Bimbim, setelah melakukan uji materi di MK pada 6 Februari 2013, ia bersama personel Slank lainnya beberapa kali menemui pihak kepolisian dan berbincang kepada polisi tentang masalah tersebut. Dari pembicaraan tersebut, Slank sadar selama ini mereka dengan kepolisian hanya salah paham. "Sejak kami melakukan judicial review, kami ingin tahu mengapa kami beberapa kali tidak bisa tampil. Kami ingin tampil kembali. Dan ternyata itu hanya hambatan komunikasi. Pas satu hari sebelum Valentine kami bicara dan ini adalah kesalah pahaman. Selama segala sesuatu bisa diselesaikan dengan bicara, kami akan memilih langkah itu," sambung Bimbim. Menurut Bimbim, cara musyawarah adalah cara yang paling tepat. Daripada mengajukan judicial review yang akan memakan waktu lama, perdamaian seperti ini disambut baik Bimbim cs. "Musyawarah seperti ini membanggakan sekali. Daripada uji materti di MK, makan waktu, di samping itu mungkin ada masalah lain yang lebih besar seperti bahaya narkoba," lanjut Bimbim. "Selain itu juga masalah timing. Sekarang suhu politik lagi panas, banyak pihak yang mendekati Slank, yang ikut memanfaatkan. Kami tahu akan ada kekuatan yang besar kepada Slank. Kami memutuskan belum saatnya Slank ajukan judicial review," timpal Abdee. Sekedar catatan, Slank mengajukan uji materi UU No.2 tahun 2002 pasal 15 ayat 2 tentang izin keramaian di Mahkaman Konstitusi (MK) pada 6 Februari 2013. Slank terpaksa mengajukan uji materi uu tersebut, karena kerap dilarang tiap kali menggelar konser. Sayangnya, larangan yang diterima Slank tidak disertai alasan yang jelas oleh pihak kepolisian. Karena larangan dan ketidakpastian tersebut, Slank mengaku mengalami kerugian materi dan immaterial yang cukup besar.(FEI/MER)

Selengkapnya.........
Sabtu, Februari 23, 2013

Slank Bakal Cabut Gugatan Uji Materi ke MK


TEMPO.CO, Jakarta - Grup musik Slank berencana membatalkan gugatannya terkait pengujian undang-undang soal izin keramaian di Mahkamah Konstitusi (MK). Alasannya, mereka mengaku telah menemukan solusi.

Personel Slank, Bimbim, menjelaskan gugatan itu diajukan karena beberapa kali konser mereka dicekal dengan alasan keamanan. Namun, setelah beberapa kali musyawarah, Mabes Polri menjanjikan hal tersebut tak akan terjadi lagi.

"Kami akan cabut uji materi di MK dengan jaminan kami tak pernah dicekal lagi," kata Bimbim di Mabes Polri, Jumat, 22 Februari 2013.

Menurut dia, ternyata yang menjadi masalah selama ini adalah kesalahpahaman komunikasi. Pesan yang disampaikan pihak polisi pada penyelenggara terkait penolakan konser tersebut tak sampai secara tuntas pada mereka.

Selain jaminan tak akan dicekal lagi, Slank juga menyadari banyak pihak yang ingin menunggangi mereka dalam pengujian undang-undang tersebut. Menurut gitaris Slank, Abdi, ini berkaitan dengan panasnya suhu politik menjelang Pemilu 2014. "Belum saatnya untuk Slank mengajukan judicial review karena suhu politik panas," katanya. Abdi mengatakan, rencananya pencabutan ini dilakukan dalam waktu dekat. "Senin, mungkin," ujar dia.

Sementara itu, Kepala Bagian Penerangan Umum Mabes Polri, Komisaris Besar Agus Rianto mengatakan tak akan mencekal konser asal penyelenggara telah menjalankan ketentuan. "Setiap pelaksanaan kegiatan ada aturannya," katanya. Dia pun menjamin tak akan mencekal konser Slank lagi.

Sebelumnya, Slank mengajukan gugatan uji materi Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, khususnya Pasal 15 UU Ayat (2A) tentang izin keramaian di MK. Alasannya, mereka sering dilarang konser karena pihak keamanan berpendapat konser kerap berujung kericuhan. Slank merasa dirugikan karena sekitar tujuh sampai delapan konsernya dicekal oleh Badan Intel dan Keamanan (Baintelkam) Polri, sebagai badan yang berwenang mengeluarkan izin keramaian di berbagai wilayah di Indonesia.

Selengkapnya.........
Kamis, Februari 14, 2013

Musik Rock Indonesia di Tahun 70 an

REPUBLIKA.CO.ID-- JAKARTA -- Bagi Soekarno, presiden pertama negara ini, semua nama, semua title, harus menggunakan bahasa Indonesia. Ia dikenal antibarat. Demikian juga dengan musik yang berkembang saat itu. Semua jenis aliran musik, nama band tidak boleh mengadaptasi atau menggunakan istilah-istilah barat.

Maka di awal 60 an, muncul sejumlah band dengan mengusung nama-nama nasionalis. Sebut sajja band  Panca Nada, Band Arulan, Orkes Bayu, Band  Zaenal Combo, Orkes Suita Rama, Orkes Simanalagi, Orkes Gaya Remaja, Orkes Irama Nada, Orkes Nada Kentjana,Orkes Prima Nada,Orkes Tjandra Kirana, Orkes Seni Maya, Orkes Mustika Rama, Orkes Sahabat Lama, Orkes Suwita Rama, Band Eka Sapta, Band Ayodhia, Band Medenasz, Orkes Rachman A, Band Diselina, Band Quarta Nada, Band Bina Ria.

Hingga kejatuhan Soekarno sebagai presiden, dan memasuki era orde baru, mulai bermunculan band-band seperti : Band Parwita Junio,Band Aria, Band Aria Junior, Band Darma Putra Kostrad, Band Elektrika, The Memory, De Prinz, The Brims (Brimoresta), D’Hand, The’Matador, Band Halpers, Koes Plus, Pandjaitan Bersaudara , Usman Bersaudara atau Kembar Group. No Koes, Madesya Group,Ivo’s Group, Band Vista, Band D’Mecy ,The Rhythm Boy’s.

Sejak era Koes Plus, jenis music rock sebenarnya sudah diperkenalkan secata tidak langsung. Istilah musik Ngik Ngok yang dikecam oleh Soekarno yang kemudian diadaptasi oleh Koes Plus adalah cikal bakal musik rock di Indonesia.  Lagu Kelelawar Koes Plus misalnya, diyakini sebagai mulainya era musik rock atau kemudian dikenal di Indonesia dengan nama music cadas.

Memasuki era 70 an, seiiring dengan keterbukaan segala informasi, mulailah bermunculan sejumlah band yang mengusung musik rock. Beberapa anak muda kemudian mengadaptasi kebudayaan barat tanpa jeda. Inggris dan Amerika dianggap sebagai kiblat baru para musisi-musisi muda ini untuk merealisasikan karya-karya mereka. Beberapa band yang kemudian dikenal di Tanah Air saat itu adalah God Bless dan AKA.

Kebetulan, perkembangan musik rock di Eropa dan Amerika pun sedang berkembang pesat. Led Zeppelin, band asal Inggris, membuat masyarakat terkaget-kaget karena mampu mempopulerkan raungan gitar yang meraung-raung. Ditambah lagi dengan band asal Amerika, Deep Purple. Kedua band  ini dianggap sebagai cikal bakal jenis music baru yaitu Heavy Metal.

Demikian juga dengan Yes, Genesis, Pink Floyd. Mereka membuat music rock tidak hanya sekedar bising di telinga, namun memadukannya dalam sebuah harmoni music yang indah. Muncul lagi istilah Art Rock atau lebih dikenal dengan istilah progresif rock.

Perkembangan music rock di barat (dalam hal ini Amerika dan Eropa) berimbas juga ke Indonesia. Bak jamur yang tumbuh di musim hujan, band-band pun bermunculan. Gaya para musisi rock di luar diadaptasi oleh para anak-anak muda tersebut. Rambut gondrong, celana cutbrai, celana kulit, baju ketat, lusuh menjadi identitas anak-anak muda di Indonesia saat itu.

Tak lupa, mereka pun menamakan band-band mereka dengan nama-nama barat. Superkid, God Bless, Giant Step,  Freedom of Rhapsodia,Bentoel & Mickey Michael Merkelbach The Rollies,,The Rhythm Kings,Golden Wings,C’Blues,God Bless, Young Gipsy, AKA, SAS, The Templars, Superkid, Freedom, Shark Move, Menstril’s,Great Session,The Amateur,Destroyer,Lime Stone,Voodoo Child,Mama Clan’s, Freemen, Reg Time, Silver Train, Free Men, Black Spades,Ireka,The Rhadows,Chekinks, Equator Child,Double Zero,Ternchem Stallion,Lizard,Paramour, Big Brothers,ODALF, Sea Men, Fancy, Zonk, Savoy Rhythm, Provist (Progressive Student), Diablo Band, The Players, Happiness, Thippiest, Comets, DD (Djogo Dolok), Jack C’llons, C’Blues, Memphis (yang kemudian menjadi Man Face), Delimas, Bani Adam Band,G’Brill, Batu Karang, Red&White, Topics & Company, The Rollies, Philosophy Gang Of Harry Roesli, Paramour, Finishing Touch, Freedom, Lizard, Big Brothers, Brotherhood ,Speed King, Oegle Eyes.

Mereka inilah yang dianggap sebagai generasi pertama pemusik cadas Indonesia yang penuh bakat dan inovatif. Saat itu muncul Majalah Aktuil, yang memang mengkhususkan diri sebagai  majalah musik dan gaya hidup.



(artikel ini ditulis MH Alfie Syahrine dari Komunitas Pecinta Musik Indonesia)

Selengkapnya.........
Kamis, Februari 14, 2013

Mengenang Almarhum Eddy Rasela

Telah setahun Editiya atau lebih dikenal dengan nama Eddy Rasela meninggalkan kita.Drummer bertubuh kerempeng itu telah meninggal dunia karena kanker pada tanggal 7 Juni 2007 silam. Bersama Dicky,Nadjib Oesman,Jessy,Sonny dan Jeddy,Eddy ikut bergabung dengan Rasela sejak tahun 1971.Rasela sendiri merupakan akronim dari Rajawali Selatan,tempat mangkal anak band yang sama sama menggemari musik rock. Pada tahun 1972 Rasela mendapat tawaran rekaman dari Eugene Timothy (Remaco) yang sempat menghasilkan hits "Ku Pergi Bersama Lagu" .Lagu ini sempat di putar di beberapa radio swasta niaga saat itu.Sayangnya Rasela hanya sempat merilis 2 album saja.Dicky dan Nadjib Oesman malah ikut bergabung dengan kelompok Cockpit yang didukung Emmand Saleh,Farid Hardja,Paultje Endoh,Opop dan Adjie Bandy yang baru saja lepas meninggalkan C'Blues. Di tahun 1975 Eddy bersama Nadjib Oesman diajak Nomo Koeswoyo sebagai band pengiring puterinya Chicha Koeswoyo yang merilis album perdana "Helly" pada label Yukawi Record yang bermarkas di Bogor. Nomo lalu mengajak Eddy dan Nadjib beserta bassist Wempy Tanasale (Jopie Item Combo) untuk mendukung formasi No Koes yang baru saja ditinggalkan Usman,Sofyan dan Said untuk mengibarkan panji Usman Bersaudara. Eddy sendiri pada akhir 70-an juga sering nongkrong Jalan Pegangsaan No.12 Menteng,kediaman Keenan Nasution.Selain aktif ikut pengajian,Eddy pun ikut mendukung penampilan dari Gang Pegangsaan.Pada saat Keenan Nasution cs menggelar konser "Negeriku Cintaku" di Taman Ismail Marzuki,Eddy pun siap di belakang drum.Saat itu terlihat pemandangan unik,di panggung tersedia 3 drum set yang masih masing digebuk oleh Keenan Nasution,Fariz RM dan Eddy Rasela. Di tahun 1980 Eddy diajak Keenan Nasution untuk bermain drum dalam album solonya "Akhir Kelana" (DD Record,1980). Di awal tahun 90-an Eddy pun diajak bergabung dalam kelompok Al Haj yang digagas almarhum Benyamin S.Secara kebetulan para pendukung album ini,kecuali Harry Sabar,sama sama memiliki gelar haji mulai dari Haji Benyamin S,Haji Keenan Nasution,Haji Odink Nasution dan tentunya Haji Eddy Rasela.Al Haj pada tahun 1991 sempat merilis sebuah album bertajuk "Biang Kerok".Di album ini Harry Sabar bertindak sebagai music director. Pada tahun 1998 Rasela pernah melakukan reuni yang digagas oleh Radio M97FM dengan menggelar pertunjukan di Waroeng Kemang Jakarta Selatan bertajuk "Legend Of Uriah Heep".Saat itu Rasela memang didapuk untuk membawakan sederet hits milik kelompok hard rock Inggeris Uriah seperti "July Morning","Come Away Melinda","Sweet Freedom" dan banyak lagi.Namun Raselka toh masih sempat menyusupkan lagu karya mereka "Ku Pergi Bersama Lagu". Dan kini Eddy Rasela memang telah pergi meninggalkan kita semua. Denny Sakrie

Selengkapnya.........
Kamis, Februari 14, 2013

Black Brothers


Republika, Selasa, 15 Juli 2008

Black Brothers Grup Tersohor dari Papua
Oleh : Fauzie Djunaedi/KPMI
Kehadiran musisi-musisi berbakat dari wilayah paling Timur Indonesia di Jakarta pada awal 1976 sangatlah tepat. Saat itu memang dunia industri musik dan kegiatan pertunjukan musik rock sangat terbuka untuk menampung kreativitas para musisi.
Kesempatan ini pun dimanfaatkan oleh sekumpulan musisi muda dari Papua yang menamakan grupnya Black Brothers. Grup ini didukung oleh Benny Betay (bass), Jochie Phiu (keyboard), Amry Tess (trompet), Stevie MR (drums), Hengky (lead guitar), Sandhy Betay (vokal), Marthy Messet (lead vocal), dan David (saxophone). Formasi grup ini juga dilengkapi dengan seorang manajer, Andi Ayamiseba untuk memudahkan mereka berkiprah secara profesional.
Dengan komposisi yang cukup solid ini, tidaklah sulit bagi Black Brothers mengawali karier mereka di tengah hiruk pikuknya musik rock di Tanah Air. Setelah bermukim di Jakarta beberapa pekan (1976), mereka sudah mengikat kontrak main di sebuah restoran Jakarta. Ini berkat kepiawaian sang manajer melihat peluang di beberapa cafe dan resto yang cocok untuk warna musik Black Brothers dengan warna musik rock dan R&B yang mereka mainkan. Sebagai seorang manajer grup musik, ia melengkapi kebutuhan grupnya dengan pasukan musik tiup agar dapat memberikan ciri dan warna khas yang lebih nyata dari grup Black Brothers sekaligus cepat dikenal.
Faktor keberuntungan rupanya tidak pernah berhenti menghinggapi grup ini. Selama berada di Jakarta, mereka pun mulai dilirik pihak produser rekaman untuk merealisasikan hasil karya cipta mereka yang sebelumnya telah ada. Di bawah label rekaman PT Irama Tara, Jakarta, maka Black Brothers melangkah lagi menuju dunia rekaman. Sang manajer Andy Ayamiseba mengatakan bahwa hal itu merupakan target utama mereka sejak awal.
Bak gayung bersambut, Hartono Hendra, sang manajer Irama Tara merespons dengn antusias rekaman perdana ini dengan dalih untuk menyejajarkan musisi Papua agar lebih maju dan dikenal ke seluruh Indonesia.
Kekuatan
Kekuatan musik Black Brothers dibandingkan dengan grup musik lainnya adalah mereka dapat memainkan beragam warna musik, mulai dari pop, rock, jazz, blues, bahkan dangdut. Hal ini tidaklah mengherankan, karena sebelum Black Brothers terbentuk beberapa personelnya merupakan musisi yang bergeliat dengan musik entertainment yang ada di klab-klab malam di Irian maupun Manado.

Melambungnya nama Black Brothers pascaalbum perdananya yang diberi judul Irian Jaya I, tidak dibarengi dengan citra positip sebagai pendatang baru. Pasalnya, dalam album perdana itu mereka memasukkan satu judul lagu Kisah Seorang Pramuria sebagai salah satu nomor andalan yang jauh sebelumnya telah dipopulerkan oleh grup The Mercys lewat vokal Charles Hutagalung untuk album mereka yang pertama. Dalam kasus ini sempat diisukan bahwa Black Brothers hanyalah sebagai grup yang mendompleng nama besar grup-grup yang sudah terkenal. Alhasil, Hengky M.S yang saat itu dalam formasi Black Brothers selain sebagai gitaris juga vokalis utama, segera melakukan klarifikasi. Ia mengatakan, '' Sebetulnya lagu itu punya kami sendiri. Saya yang mencipta. Saya buat pada 1972, ketika saya masih satu grup dengan Eddy Sumlang (adik Albert Sumlang, saxophonist the Mercys saat itu) dalam grup Galaxy's 69 di Sorong, Papua.'' Oleh Eddy lagu tersebut diambil dan dibawa ke Jakarta. Tak heran jika setelah itu ,lagu tersebut disebut-sebut sebagai ciptaan Albert Sumlang, dan Hengky M.S sendiri baru mengetahuinya setelah rekaman grup The Mercys tersebut baru beredar di wilayah Papua (1974).
Sukses dalam rekaman, rupanya semakin menambah antusias pecinta musik di Tanah Air terhadap Black Brothers, mengingat nama Black Brothers pada awal terbentuknya disebut-sebut sebagai grup musik rock. Maka atas prakarsa sekumpulan mahasiswa Papua yang ada di Jakarta, pada 28 Desember 1976 di Istora Senayan Jakarta, Black Brothers di-duel meet-kan dengan grup SAS, asal Surabaya yang kala itu memang sedang melejit sebagai rock trio tangguh selain Superkid, Bandung. Yang patut dicungi jempol kepada grup ini, yaitu mereka cukup percaya diri dengan membawakan lagu ciptaan sendiri bertajuk Huambello sebagai lagu pembuka dengan lirik berbahasa Papua dan diaransir dengan warna musik hardrock yang cukup kental.
Semakin tersohor
Kekuatan lirik dan aransemen musik Black Brothers cukup mengundang simpati masyarakat pencinta musik Indonesia, baik melalui rekaman maupun dalam tampilan di panggung, membuat sang manajer Andy Ayamiseba mendapat inspirasi baru. Untuk menggebrak pentas-pentas pertunjukan dalam warna rock, ia tetap mempertahankan nama Black Brothers sebagai grup musik panggung. Sedangkan untuk memainkan musik-musik entertainment diberbagai klab malam di belahan kota Jakarta, ia mencomot beberapa musisi asal Papua lainnya untuk membentuk grup baru.

Tak heran tawaran untuk pentas-pentas live semakin meningkat. Apalagi ketika dalam suatu acara pertunjukan musik di Gelora Saparua, Bandung pada akhir Januari 1977, grup ini ditampilkan bersama grup rock tuan rumah, Freedom yang dimotori oleh rocker kawakan Soleh Soegiarto dan grup Bani Adam,yang belum lama terbentuk dengan vokalis Faried Hardja.
Di sini Black Brothers sudah mulai mengurangi dominasi unsur-unsur musik tiup (horn section) untuk lebih berkonsentrasi ke warna musik rock yang mereka mainkan. David Bethay, sang vokalis Black Brothers, berhasil memancing kepuasan penonton dengan lagu Huambello yang pernah mereka tampilkan sewaktu bersama grup SAS di Jakarta sebelumnya. Dengan mengenakan kostum tradisionil koteka, para personel Black Brothers terlihat sangat alami sekali untuk ukuran kostum suatu grup rock dalam pertunjukan musik.
Sukses dengan album perdana, mereka pun meneruskan rekaman album kedua lewat musik yang lebih beragam dengan judul album Hari Kiamat. Album kedua ini pun menuai sukses, seperti album pertama, terlebih lagi mereka memasukkan lagu tradisionil Huambello dalam album ini. Begitu seterusnya sampai album-album berikutnya , semuanya mereka kerjakan di bawah label Irama Tara.
Mulai meredup
Keberhasilan Black Brothers menembus dunia musik Indonesia membuat beberapa personel mulai melakukan ancang-ancang untuk bersolo karier. Hengky M.S, kelahiran Pulau Talaud di Sulawesi Utara, sudah menyiapkan karya cipta sendiri untuk rekaman album solonya. Munculnya masalah internal di tubuh Black Brother mengakibatkan nama grup Black Brothers mulai meredup.

Keberadaan Black Brothers sampai 1983, semakin kabur meskipun di dunia rekaman mereka sempat merilis album baru hasil kreatifitas para musisinya untuk tetap mempertahankan nama Black Brothers. Dengan dikeluarkannya album Black Brothers berbahasa Papua yang diberi judul 25 Tahun Black Brothers itu dianggap sebagai album terakhir mereka, selain album kolaborasi (modern) bertajuk Sajojo dengan beberapa nomor lagu daerah Papua.
Kehadiran grup musik dari Timur Indonesia ini membangkitkan rasa musikalitas para musisi lain untuk mengikuti jejak pendahulunya. Tak heran jika grup-grup musik, seperti Black Papas, Black Sweet, Black Power, dan bahkan Black Family yang notabene menggunakan awalan 'black' lebih mencirikan tempat asal mereka terbentuk di tanah Papua. Padahal, grup musik rock yang lebih berkibar namanya setelah era Black Brothers, juga berasal dari tanah Papua ini, justru grup Airmood (tanpa pakai embel-embel nama 'black' untuk grupnya).
DISKOGRAPHI
Album Grup:

1. Kisah Seorang Pramuria (Vol 1) Irama Tara
2. Derita Tiada Akhir (Vol 2) Irama Tara
3. Lonceng Kematian (Vol3) Irama Tara
4. Hilang Irama Tara
5. Nuru Aipani (lagu daerah Irian Jaya) Irama Tara
6.
Oh Inanekeke (spesial senam nonstop) Irama Tara
7. Sajojo (spesial senam) Irama Tara
8. Mula Wakeke (west Papua) Irama Tara
Album The Best:
1. 14 Lagu Terbaik Irama Tara
2. 22 Spesial Album Irama Tara
3. Black Brothers (album Yuanita Budiman) Irama Tara

( )
Selasa, 08 April 2008
Black Sweet
Anak Jayapura yang Sukses di Jakarta
Oleh : Anda & Andi/KPMI

Berawal dari dua band yang berbeda, band Cenderawasih di bawah asuhan TNI Angkatan Darat dan band Universitas Cenderawasih yang personelnya para mahasiswa di kampus tersebut. Sekitar tahun 1977 di Jayapura, mulailah mereka mencoba untuk mencipta lagu, beberapa di antaranya Memory 3 Februari dan Rintihan Sebuah Lagu, serta sebuah lagu ciptaan Harry Letsoin bertajuk Smile.
Lagu-lagu itu mendapat sambutan hangat dalam setiap pentasnya, sehingga begitu digemari masyarakat kota Jayapura. Atas dasar itu pula mereka berencana untuk lebih serius lagi dalam bermusik. Dan ini menjadikan sebuah pergulatan batin yang luar biasa ketika mereka harus memutuskan tetap melanjutkan kuliah yang hanya tinggal satu semester lagi menjadi sarjana atau pergi ke Jakarta untuk meraih cita-cita bermusik. Dengan pertimbangan matang, mereka memutuskan untuk tetap bermusik. Dengan formasi awal, yaitu Steven Letsoin (lead guitar), Harry Letsoin (bass), Gerald F Tethool (keyboard), Jhon Keff (drum), dan Ian Ulukyanan (lead vokal)
Mengadu nasib ke Jakarta
Bermodalkan kemampuan bermusik yang tinggi dan uang saku dari Steven Letsoin yang didapat dari mengajar bahasa dan sastra Indonesia di Universitas Cenderawasih, mereka pun bertolak menuju Jakarta untuk menggapai mimpinya sebagai pemusik. Mereka menumpang kapal laut/kapal barang dengan perjalanan hampir dua puluh hari lamanya.

Pada 31 Desember 1981 di Jakarta, secara resmi nama Black Sweet diproklamasikan dengan merekrut beberapa anggota baru, yakni Amry M Kahar (saxophone), Karim Assor (terompet), dan Iskandar Assor (terompet), yang tidak lain adalah mantan anggota band Black Brother.
Dalam strategi pemasarannya, mereka mencoba menawarkan lagu-lagunya ke beberapa perusahaan rekaman. Album pertama pun beredar dengan mengusung lagu Rintihan Sebuah Hati ciptaan Letsoin dan Pusaka tak Bernama ciptaan Sam Kapissa. Album yang berisikan 12 lagu ini mendapat sambutan dari masyarakat luas. Dengan sendirinya nama Black Sweet mulai terangkat kepermukaan khasanah musik Indonesia.
Pada periode 80-an, Black Sweet menyelesaikan tiga album pop Indonesia, album rohani dan album lagu-lagu daerah nusantara. Di antara lagu-lagu tersebut ada lagu ciptaan Steven Letsoin yaitu Akhir Sebuah Kisah Lalu yang masuk dalam tangga lagu-lagu nasional pada saat itu.
Kontrak baru
Pada tahun 1984, Black Sweet menandatangani kontrak baru dengan Pratama Record dan merilis dau album, yaitu Christie dan Ayah Ibu. Peluncuran kedua album ini disusul dengan pergantian personel di kelompok Black Sweet dengan keluarnya Amry dan Iskandar. Posisi mereka digantikan oleh Albert Sumlang. Dengan formasi inilah Black Sweet mulai mendapatkan tawaran untuk tampil di pub atau cafe, dan ini dijalaninya selama tujuh tahun.

Sempat menghilang beberapa saat dari dunia musik tidak menyurutkan tekad Black Sweet untuk membuat album baru. Dengan menggandeng Duba Record mereka pun melahirkan album dan beberapa lagunya menjadi hit, di antaranya bertajuk Kau, Aku dan Dia. Beberapa album daerah juga album rohani dikeluarkan bersama Duba Rekord.
Tahun 1995, perubahan formasi kembali terjadi dengan masuknya Anto Sax pada saxophone dan Iche Fofied pada bass. Formasi ini sangat produktif memproduksi album rekaman dan juga beberapa kompilasi lagu-lagu dari album-album awal Black Sweet. Posisi ini bertahan sampai sekarang walaupun tidak menutup kemungkinan berkolaborasi dengan musisi lain.
Black Sweet juga ikut berperan serta dalam mempromosikan daerah Boven Digoel dalam rangka mandukung program pemerintah dalam hal pariwisata. Maka keluarlah VCD Black Sweet vol 1 dan 2.
Memang musik Black Sweet identik dengan musik pop melankolis dan salah seorang personilnya, Harry Letsoin, juga mengarasemen serta menciptakan lagu untuk artis lain. Grup ini juga membawa penyanyi Indonesia untuk konser ke luar negeri sebagai wakil budaya atau undangan event organizier dari luar negeri.
Dari uratan wajah mereka yang sudah menua dan masih melakukan show di beberpa tempat, mereka terlihat puas. Dari hasil bermusik, mereka dapat membiayai anak-anak mereka sampai jenjang mahasiswa, menginggat awal karier musik mereka yang penuh perjuangan dan meninggalkan kerja sebagai dosen dan bangku kuliah demi musik.
DISKOGRAFI
Album :

1. Pusara Tak Bernama (Vol 1/Pop) Dm/Pelangi 1979
2. Akhir Sebuah Kisah (Vol 3/Pop) Dm/Ar 1981
3. Terlambat Sudah (Pop Indonesia) Duba 1994
4. Nona Si Jantung Hati (Daerah Papua/Maluku) Duba 2001
5. Lestari, Dm/Virgo 1984

( )


Selengkapnya.........