Jumat, Maret 25, 2011

Hemat Air Bersih dari Sekarang



VIVAnews - Walaupun, menurut LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia), wilayah Indonesia memiliki 6% dari persediaan air di dunia atau sekitar 21% persediaan air di Asia Pasifik, namun kelangkaan dan kesulitan mendapatkan air bersih dan layak pakai, mulai menjadi masalah di banyak tempat. WALHI menyatakan, hal ini terjadi karena ketersediaan air bersih cenderung berkurang akibat kerusakan alam dan pencemaran, yaitu diperkirakan sebesar 15-35% per kapita per tahun. Dengan jumlah penduduk yang mencapai lebih dari 200 juta, kebutuhan air bersih menjadi semakin mendesak.

Perlu Anda tahu, ahli konservasi dunia memperkirakan dua dari tiga penduduk dunia akan kesulitan mendapatkan akses bersih pada tahun 2025. Sebab itu, sebanyak 25.000 ahli konservasi sempat berkumpul di Istanbul, Turki untuk membicarakan masalah kelangkaan air bersih tersebut.
"Perubahan iklim dan permasalahan krisis air jelas menjadi pembahasan utama dalam pertemuan mendatang, selain bencana seperti badai," kata kepala IUCN, Mark Smith seperti dilansir RedOrbit.
Tapi, yang cukup mengkhawatirkan saat ini air bersih di perkotaan mulai langka. Jadi, hematlah air bersih mulai dari sekarang. Caranya antara lain:
- Kurangi penggunaan air. Usahakan tidak membuang-buang air saat mandi. Investasikan toilet rumah yang memiliki fitur menyiram secara ekonomis. Matikan keran ketika sedang menggosok gigi, dan mencuci baju hanya jika sudah terkumpul banyak.
- Gunakan produk atau servis yang mendukung program air bersih, daur ulang dan hemat air. Sebagai contoh, pilih produk yang membantu pengadaan air bersih di daerah terpencil di Indonesia. Produk ini diproses perusahaan yang mendaur ulang air limbah. Selain itu, cuci mobil atau motor di tempat cuci kendaraan manual. Pasalnya, alat pencuci mesin lebih banyak menggunakan air.
- Bawa botol minuman dari rumah. Membeli air dalam kemasan justru bisa menyebabkan boros air bersih. Untuk memproduksi botol-botol tersebut diperlukan banyak sekali air. Selamatkan lingkungan dengan mengurangi pembeliannya , dan beli botol minuman berbahan alumunium yang dapat dipakai berulang-ulang dalam jangka waktu lama.
- Tanam tumbuhan yang hemat air. Beberapa jenis rumput perlu disiram secara teratur agar tidak kering dan mati. Jika Anda sudah terlanjur memiliki jenis rumput tersebut, sebaiknya kurangi area rumput dan ganti dengan tanaman yang pada umumnya dapat tumbuh dengan baik tanpa harus sering disiram.


sumber:
VIVAnews.com



Selengkapnya.........
Jumat, Maret 25, 2011

Hari Air Sedunia

Hari Air Sedunia (Inggris: World Day for Water) adalah perayaan yang ditujukan sebagai usaha-usaha menarik perhatian publik akan pentingnya air bersih dan usaha penyadaran untuk pengelolaan sumber-sumber air bersih yang berkelanjutan
Hari Air Sedunia diperingati setiap tanggal 22 Maret, inisiatif peringatan ini di umumkan pada Sidang Umum PBB ke 47 tanggal 22 Desember 1992 di Rio de Janeiro, Brasil.
Setiap tahunnya pada Hari Air Sedunia terdapat tema khusus, contohnya pada 2009 "Air Bersama, Peluang Bersama" (Shared water, shared opportunities).


Selengkapnya.........
Selasa, Maret 08, 2011

Jangan Mentang-mentang Film Hollywood Terus Enggak Bayar Pajak




BIMBIM Slank kesal dengan sikap importir film yang tergabung dalam Motion Picture Association (MPA) dalam memutuskan penarikan film-film Hollywood di bioskop tanah air.

Seharusnya, sebagai rumah produksi film-film berkualitas, Hollywood harus sadar diri menunaikan kewajibannya membayar pajak yang dihasilkan dari keuntungan memutar film di Indonesia.

"Jangan mentang-mentang dari luar negeri bisa dapat servis lain dan enggak kena pajak, paling tidak pajak yang diberikan tersebut bisa melindungi film nasional Indonesia," bilang Bimbim saaty ditemui di Studio Dahsyat RCTI, Jakarta Barat, Senin (21/2).

Dia melanjutkan, selama ini perfilman Hollywood sudah mengeruk keuntungan berlipat dari penonton di Indonesia. Bayangkan saja, sambung Bimbim, film-film Hollywood yang tayang di bioskop Indonesia hampir semua digemari masyarakat.

"Masa sudah segitunya masih berat bayar pajak. Karena jika mau bersaing, terus terang kita pasti kalah antara film asing dengan film Indonesia, tapi kita nggak pernah lupa bayar pajak," puji Bimbim


http://www.tabloidbintang.com/

Selengkapnya.........
Selasa, Maret 08, 2011

Metamorfoblus: Film Slank Untuk Slankers



ANDA menonton Generasi Biru tahun lalu? Saya nonton. Di bioskop yang sama saya melihat beberapa remaja tanggung yang saya kira pengagum Slank alias Slankers.

Belum sampai dua pertiga film, kumpulan remaja tanggung Slankers keluar bioskop duluan. Ada apa ini? Masak Slankers tak tahan nonton film Slank sampai habis?

Sebetulnya, andai tidak meniatkan diri mengulas filmnya usai nonton, saya juga mungkin akan memilih keluar. Tapi, bagi pengulas film, haram tak nonton film sampai habis lalu memberi nilai. Walau tak suka, saya tonton Generasi Biru sampai kelar.

Kritik saya pada Generasi Biru adalah bahwa Slank dan Garin Nugroho (sutradaranya) ternyata tak cocok. Dua nama besar itu malah mencipta sebuah chaos ketika kolaborasi bareng. Garin menafsir Slank macam-macam lewat lagu-lagunya yang kemudian dikoreografi ulang. Hasilnya, tak lebih dari video klip yang panjang. Ada Slank begini, Slank begitu mengikuti alunan lagu dalam tafsiran Garin. Di sini berarti, Garin menyuguhi segala simbolisme yang jadi ciri khasnya ke dalam lirik-lirik lagu Slank. Lagu-lagu Slank yang slengean, slebor, tidak canggih, tidak nyastra mendadak jadi mengawang-awang, avant garde, bercita rasa seni tinggi. Hal ini mungkin yang membuat sejumlah Slankers yang menonton bersama saya tak tahan menonton sampai habis. Mereka merasa tak sedang menonton Slank yang mereka akrabi. Mereka malah disuguhi Slank yang nyeni, meliuk menari bak suguhan teater dan tari kontemporer di Taman Ismail Marzuki yang tentu, bukan tempat yang diakrabi kaum Slankers.



Slankers bergaya.
Saya tak hendak mengatakan Slank tak boleh “naik kelas” jadi nyeni. Atau, saya juga tak hendak bilang daya tangkap Slankers demikian payah untuk menafsir suguhan Garin. Persoalannya semata karena Garin sendiri yang mencampur aduk berbagai lagu Slank hingga seperti suguhan sejumlah video klip yang masing-masing berdiri sendiri dan tak punya jalinan cerita yang ajeg alias enak untuk diikuti.

Meski begitu, ada bagian di Generasi Biru yang mungkin disuka Slankers. Yakni bagian dokumentasi Slank manggung dan tingkah Slankers di Batam hingga Timor Leste.

Bagian dokumenter Slank adalah hasil kerja Dosy Omar. Tapi, Generasi Biru adalah karya Garin. Dokumenter Dosy yang lebih pas menggambarkan Slank dan Slankers harus minggir.

Saat nonton Generasi Biru, saya mengidamkan dokumenternya jadi film tersendiri. Syukurlah, sineasnya dan Slank pun berpikiran sama.

Hasilnya bisa kita saksikan kini sebagai film berjudul Metamorfoblus. Inilah jahitan gambar-gambar yang dibuang sayang dan tak muncul di Generasi Biru. Sebagai sebuah jahitan, Dosy Umar menggunakan dua jenis bahan: Slank dan Slankers.

Lewat Metamorfoblus kita melihat personel Slank sampai ke dapur mereka. Kita melihat personel Slank dari mulai bangun tidur, keseharian mereka di rumah, di mobil, manggung, dan macam-macam. Yang paling asyik buat saya adalah saat personel Slank menyanyi di kamar mandi, menyanyikan lagu “Hei Sista.” Lagu ini tak pernah muncul di album Slank manapun. Mencermati lagunya, saya teringat lagu-lagu Beatles saat band itu sedang ketagihan LSD dan terpesona pada budaya India. Aroma bebunyian khas India di lagu “Hei Sista” membawa saya pada Beatles. Dan menontonnya di sini adalah kesempatan langka yang sayang buat dilewatkan.


Selain itu, kepada kita, Slank bicara banyak hal. Terutama soal mereka yang kecanduan narkoba—sebuah topik yang sepertinya tak bisa dilepaskan dari Slank. Kita tahu, hingga awal 2000-an Slank kecanduan narkoba. Kemudian mereka memproklamirkan diri bebas dari narkoba. Yang saya sempat kaget dari film ini adalah sikapnya yang ambigu kepada narkoba. Dalam satu wawancara, Kaka dengan jujur mengatakan narkoba justru memberi kontribusi bagi kreativitas mereka. Ia memberi kredit khusus pada narkoba. Dari pergumulan Slank dengan narkoba, kata Kaka, Slank menghasilkan 9 album.


Slank saat manggung di Timor Leste.
Kenyataan ini seolah hendak mengatakan narkoba, pada titik tertentu, memang ada gunanya. Bikin kreatif. Jika tak bisa mencernanya dengan jernih jangan-jangan orang malah lari ke narkoba demi kreativitas. Selain itu, ada pula saat-saat Bimbim lebih milih ngebir di ruang karaoke ketimbang pulang usai manggung. Sebagai suguhan gambar, bagian ini ciamik karena menunjukkan sineasnya mendapat keistimewaan bersama Slank setiap saat. Tapi, sebagai sebuah bagian film yang utuh, bagian ini memperlihatkan Slank yang masih akrab dengan hal-hal yang diharamkan (di luar narkoba). Jika ingin memperlihatkan Slank sebagai panutan, bagian ini justru membalikkan niatan itu.

Yang juga kurang lengkap dan ajeg dari dokumenter ini adalah sejarah Slank. Di film ini, sineasnya seolah alpa membahas kelahiran Slank dari awal. Kita langsung disuguhi Slank masa kini dengan Bimbim (drum), Kaka (vokal), Ivanka (bas), Abdee (gitar), dan Ridho (gitar). Sineasnya seperti hendak mengandaikan Slank dari dulu ya personelnya yang ada sekarang itu. Padahal, sebagai band yang sudah lebih dari 20 tahun berdiri, Slank punya sejarah panjang gonta-ganti personel. Yang paling menyita perhatian tentu saat Bimbim dan Kaka memecat Bongky, Pay dan Indra sekaligus. Ditengarai, mereka dipecat karena sudah terlalu ketagihan narkoba dan tak fokus lagi pada Slank. Jika ingin menyoroti Slank dalam kubangan naarkoba, peristiwa pemecatan itu mestinya masuk film. Tidaklah sulit mencari potongan berita soal Slank. Apalagi sineasnya dapat all access bersama Slank.


Amat disayangkan bagian sejarah Slank tak muncul barang secuil di film ini. Makna metamorfosis yang diangkat jadi judul sepertinya tidak lengkap karena kita tidak lihat bagaimana Slank bermetamorfosis dari dulu sampai sekarang.

Kendati begitu, Metamorfoblus tetaplah karya ciamik dengan segala kekurangannya itu. Inilah film dokumenter yang berhasil menyoroti Slank sebagai group band rock ‘n roll terbesar yang dipunyai negeri ini. Tak peduli sekarang sedang zamannya musik Melayu, Slank tetap yang terbesar.


Orang tua juga ikut menikmati Slank.
Terutama bila kita mengikuti bagaimana tingkah polah Slankers di film ini. Ada sejumlah Slankers yang jadi fokus cerita film. Ada seorang polisi di Batam berambut Mohawk yang punya kartu anggota Slankers. Rumahnya dipenuhi foto dan poster Slank. Ada pula seorang Slankers korban narkoba di Yogyakarta yang pakai narkoba demi meniru Slank dan kemudian sadar berkat surart yang ditulis khusus oleh Bimbim dan Bunda Iffet (ibunda Bimbim yang juga manager Slank) untuknya. Sang ayah pemuda itu berusaha menemui Slank saat konser di kotanya untuk khusus berterimakasih. Melihat sang ayah berpeci menangis saat menonton Slank benar-benar pemandangan yang menggetarkan.

Ada pula kisah kegigihan Slankers Kupang, Nusa Tenggara Timur, yang sangat ingin menonton Slank di Dilli, Timor Leste. Mereka sampai mendadak bikin paspoor untuk bisa masuk Dilli. Di Kupang, ada 2 orang yang tak dapat paspor. Gagal di Kupang, mereka buat paspor di kota lain.


Polisi Slanker.
Sampai di Dilli, kita disuguhi pemandangan yang tak kalah menggetarkan. Slank begitu dipuja oleh pemuda-penuda Timor Leste. Tak ada aura permusuhan di antara dua negara yang pernah berseteru karena pisah tahun 1999 itu. Slank menjadi duta besar rock ‘n roll yang disambut lasngsung sang presiden Timor Leste Xanana Gusmao. Melihat bagaimana Slankers Kupang (Indonesia) dan Slankers Dilli (Timor Leste) bersatu penuh persahabatan sangat mengharukan.

Melihatnya seperti menonton orang-orang yang bahagia sudah menemukan “Pulau Biru” mereka bersama Slank. “Pulau yang indah bagai sorga/Manusia bijaksana hidup penuh dengan kesenangan.” ***

CATATAN: Jangan mencari film ini di bioskop umum. Sineasnya hanya akan memutarnya keliling kota di Indonesia. Dari rilis yang kami dapat, film ini akan diputar unuk umum di Jakarta pada 7 November, Bogor (13 November), Bekasi (14 Oktober), dan Cirebon (20 November).


Selengkapnya.........
Senin, Maret 07, 2011

WORLD SILENT DAY CAMPAIGN




Saat ini bumi menghadapi kerusakan lingkungan, konflik sosial atas sumberdaya yang kian langka, dan perubahan iklim. Semuanya disebabkan terutama oleh aktivitas produksi dan konsumsi manusia yang tidak ramah lingkungan. Manusia harus sadar bahwa bumi perlu diberi waktu untuk memulihkan diri.

Apa itu World Silent Day (WSD)?
Hari Hening Sedunia atau World Silent Day (WSD) adalah gerakan masyarakat bersama untuk menyelamatkan bumi. WSD merupakan gerakan moral untuk memberikan ruang bagi bumi untuk bernapas, walaupun hanya sehari.
WSD mengajak masyarakat dunia melakukan hening pada 21 Maret tiap tahun. Sesuai namanya, pada hari tersebut, umat manusia diminta menjadi hening, mengurangi kegiatan harian, termasuk mengurangi berkendaraan. Tiap orang diminta berkontribusi mengurangi konsumsi energi, sumberdaya alam dan bahan-bahan lain.
21 Maret dipilih sebagai simbol peralihan menuju kehidupan baru, saat matahari berada pada titik vernal equinox dan akan bergerak dari khatulistiwa ke arah utara. Keesokan harinya pada 22 Maret dilanjutkan dengan penghargaan terhadap air sebagai Hari Air Sedunia.
Hari Hening Sedunia atau World Silent Day (WSD) adalah gerakan masyarakat bersama untuk menyelamatkan bumi. WSD merupakan gerakan moral untuk memberikan ruang bagi bumi untuk bernapas, walaupun hanya sehari. WSD mengajak masyarakat dunia melakukan hening pada 21 Maret tiap tahun. Sesuai namanya, pada hari tersebut, umat manusia diminta menjadi hening, mengurangi kegiatan harian, termasuk mengurangi berkendaraan. Tiap orang diminta berkontribusi mengurangi konsumsi energi, sumberdaya alam dan bahan-bahan lain. 21 Maret dipilih sebagai simbol peralihan menuju kehidupan baru, saat matahari berada pada titik vernal equinox dan akan bergerak dari khatulistiwa ke arah utara. Keesokan harinya pada 22 Maret dilanjutkan dengan penghargaan terhadap air sebagai Hari Air Sedunia.

Bagaimana Ide WSD Muncul?
Gagasan WSD lahir menjelang penyelenggaraan Konferensi Perubahan Iklim (COP 13 UNFCCC) di Bali. Sebagai bagian partisipasi masyarakat Bali mengatasi perubahan iklim, Bali Organic Association (BOA), Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup (PPLH) Bali, Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Eksekutif Daerah Bali, dan Yayasan Wisnu membentuk Kolaborasi Bali untuk Perubahan Iklim. Kolaborasi ini bertujuan memfasilitasi partisipasi masyarakat menyampaikan aspirasi mengenai keadilan iklim.
Melalui beberapa temu kampung, pertemuan Ornop dan diskusi terfokus, tercetus gagasan mengangkat kearifan lokal di Bali yakni Nyepi, sebagai salah satu cara mudah mengurangi emisi gas rumah kaca. Aspek ekologisnya dapat ditawarkan ke dunia internasional, sehingga kampanyenya disebut World Silent Day atau Hari Hening Sedunia.

Bagaimana Cara Berpartisipasi?
Setiap orang dapat berpartisipasi dalam WSD dan melakukan pengurangan konsumsi energi serta bahan lain secara kreatif. Hening selama 24 jam mungkin sulit bagi orang-orang di jaman ini. Namun pengurangan konsumsi tetap bisa dilakukan. Misalnya, seminggu sekali bersepeda ke tempat kerja atau mematikan beberapa barang elektronik.
Setiap orang dapat memilih caranya sendiri untuk melakukan hening.
Kirimkan pengalaman hening tersebut untuk dibagi kepada orang lain melalui mysilent@worldsilentday.org. Masyarakat juga bisa memberikan kontribusi dana, bahan kampanye, ide, waktu dan komitmen atau menjadi perwakilan WSD di daerah masing-masing

more info :
Jalan Pengubengan Kauh No. 94 Kerobokan, Badung – Bali
Telp/ Fax : +62 361 735 321 / 735 320
Email : info@worldsilentday.org
Situs web: http://worldsilentday.org


http://www.slank.com/slankissme/world-silent-day-campaign.html

Selengkapnya.........
Senin, Maret 07, 2011

Slank Dong


Selengkapnya.........