Rabu, Agustus 28, 2013

It's been 20 long years

TEMPO.CO, Jakarta - “Jakarta! It's been 20 long years - we will see you again on August 25! #MetOnTour” Ya, 20 tahun silam, konser Metallica di Stadion Lebak Bulus, Jakarta Selatan, yang diwarnai kerusuhan besar membuat sejumlah pihak, terutama para promotor musik, pesimistis bisa memboyong kembali mereka ke sini. Saat itu banyak yang yakin Metallica tak akan manggung lagi di Indonesia, bahkan mungkin untuk selamanya. Namun, bulan lalu, kabar menggembirakan itu datang. Metallica bakal kembali menggelar konser di Jakarta pada 25 Agustus ini. Promotor pertunjukan musik Blackrock Entertainment-lah yang berhasil memboyong band beraliran musik thrash metal dari Los Angeles, California, Amerika Serikat, itu ke sini. Menurut Presiden Direktur Blackrock, Khrisna Raditya, kabar bahwa mereka bersedia datang ke Indonesia sangat menggembirakan dan membanggakan. Sebab, Metallica bukan sekadar nama besar bagi Khrisna. “Grup ini yang mengubah saya, dari anak Duran Duran (kelompok musik pop) menjadi penggemar metal,” katanya saat ditemui Tempo di kantor Blackrock Entertainment di bilangan Blok M, Jakarta Selatan. Pria berkepala plontos ini mulai kenal dengan Metallica sejak 1988, ketika duduk di bangku SMP. Makanya, ketika mendirikan Blackrock Entertainment pada 2011, dia dan timnya langsung coba-coba menghubungi pihak Metallica untuk memboyong band ini konser di Indonesia. “Waktu ditolak, ya, enggak apa-apa, karena kami tahu diri, masih baru dan belum ada pengalaman apa-apa,” ujarnya. Sepanjang 2012, Blackrock sibuk menggelar konser lain, tapi beberapa kali tetap berkorespondensi dengan pihak Metallica. Manajemen Metallica, kata Khrisna, mengecek apa saja proyek yang dikerjakan Blackrock selama setahun tersebut. “Ya, kami cukup kagum karena kami di industri ini belum apa-apa, tapi mereka mau tetap berhubungan dengan kami,” ujarnya. Tanda-tanda mereka berminat menggelar konser di Jakarta mulai muncul pada pengujung tahun lalu. Saat itu Metallica mengatakan Jakarta ada dalam radar mereka. “Dari situ e-mail mulai sering datang dari manajemen Metallica ke kita,” Khrisna menambahkan. Bahkan, sejak itu pula, pihak Metallica telah meminta Blackrock “mengamankan” venue untuk konser, meskipun belum ada perjanjian hitam di atas putih. Dan Juni lalu, kontrak itu baru didapatkan. “Sebelumnya kita masih enggak percaya kita dapat kontraknya, sampai kita harus kirim dulu surat itu ke pengacara kita di Singapura untuk memastikan kontrak ini benar,” ujarnya. Menurut Khrisna, pihak Metallica mempertimbangkan proposal Blackrock karena dia dan timnya merancang dengan sangat terperinci masalah keamanan. Dimulai dari berapa tenaga keamanan yang dipersiapkan dan bagaimana persebarannya, penanganan massa yang datang, hingga rute ke mana anggota band akan diungsikan bila terjadi kondisi darurat. “Kepala produksi dan kepala pengamanan Metallica yang melihat presentasi kita dan dibawa ke Gelora Bung Karno kaget, kok, kita sudah prepare banget,” katanya. Memang, faktor keamanan menjadi tuntutan utama dari manajemen Metallica, mengingat konser pertama mereka di Jakarta pada 1993 diwarnai kerusuhan, ditambah berbagai gangguan keamanan yang terjadi di Tanah Air belakangan ini. Karena itu, begitu mendengar peledakan bom di sebuah vihara di Jakarta Barat awal Agustus lalu, Khrisna sempat khawatir Metallica akan membatalkan konsernya. “Dua hari kemudian, saya dapat e-mail dari mereka, saya takut juga, pelan-pelan banget buka e-mail-nya,” ujarnya sambil tertawa. Khrisna baru bisa bernapas lega setelah mengetahui bahwa isi e-mail itu adalah permintaan agar ia menambah satuan penjinak bahan peledak dari kepolisian. “Mereka memang mentalnya rocker,” katanya. Meski namanya telah melegenda, Metallica tak menuntut perlakuan khusus dan aneh-aneh. Misalnya, ketika promotor menawarkan Hotel Ritz-Carlton sebagai tempat yang akan digunakan untuk mandi seusai konser, hal ini ditolak Metallica. “Katanya terlalu mewah, karena mereka hanya numpang mandi,” tutur Khrisna. Untuk bir, mereka juga hanya meminta bir lokal. Yang banyak diwanti-wanti Metallica, kata Khrisna, justru keamanan dan kenyamanan fans. Mulai dari pemilihan barikade, toilet, hingga air minum untuk penonton. “Saya baru tahu sekarang kalau mereka itu sayang banget dengan fans-nya,” katanya. Pun masalah bayaran. Metallica bukan band yang kerap “mengadu” promotor untuk mendapatkan bayaran lebih tinggi, praktek yang banyak juga terjadi. “Mereka ada patokannya, ya, segitu saja yang diminta. Mereka tidak menanyakan kepada promotor lain berani bayar lebih tinggi atau tidak,” ujar Khrisna, yang enggan menyebutkan jumlahnya. Yang pasti, bagi Khrisna dan timnya, konser Metallica adalah konser terbesar yang pernah mereka tangani, baik dari segi jumlah penonton maupun venue. Konser paling besar yang sebelumnya mereka gelar adalah band Weezer pada Januari lalu, dengan 10 ribu penonton. “Konser Metallica ini merupakan batu lompatan bagi kami,” katanya.

0 komentar:

Posting Komentar