Sabtu, Desember 15, 2012

Slank Fans Club (SFC)


JAKARTA – Jangan pernah meragukan kaum muda, setidaknya di Indonesia. Sejumlah komunitas anak muda di negeri ini masih punya kepedulian terhadap bangsanya. Dengan cara kreatif, mereka merawat keindonesiaan. Slank Fans Club (SFC) termasuk komunitas yang memegang spirit ini. Salah satu lagu Slank yang berjudul “PLUR” menjadi pedoman hidup para Slankers (sebutan bagi penggemar Slank). Lagu itu terdapat pada album PLUR yang dirilis pada 2005. PLUR merupakan singkatan dari Peace, Love, Unity, dan Respect. Peace artinya damai, Love artinya cinta, Unity artinya bersatu, dan Respect artinya menghargai. Lagu itu yang menjadi semangat para Slankers. "Sempat diplesetin Pluraritas. Tapi, sebetulnya itu Plur yang diambil dari judul album lama Slank, PLUR,” jelas Direktur SFC Pusat, Denny Ramadhani kepada SH, baru-baru ini. Lewat lirik itu, Slank mengajak para pemuda Indonesia untuk selalu menjaga perdamaian, mengasihi sesama tanpa memandang suku, ras maupun agama, saling bersatu sebagai bangsa Indonesia, dan saling menghargai. Apalagi, kini SFC telah tersebar di 171 cabang di Indonesia, satu di Malaysia dan satu di Timor Leste. Total anggotanya sudah mencapai sekitar 300.000 orang. “Macam-macam orang dari berbagai etnis, golongan dan agama ikut menjadi anggota SFC. Semua anak Slankers mempertahankan semangat PLUR itu,” ujar Denny. Semangat persatuan pemuda juga disuarakan lewat “Mars Slankers”. Berikut penggalan lagunya: Di sini bukan anak-anak malas/Tempatnya para pekerja keras/Di sini bukan anak-anak manja/Sedikit kerja… banyak mintanya/Kerja… kerja… ayo kita kerja…/ Lirik lagu Slank yang berjudul “Mars Slankers” itu diciptakan oleh Bimbim; mengingatkan bahwa generasi muda harus rajin bekerja agar dapat meraih cita-cita. Sengaja dibuat untuk memberikan semangat kepada pemuda supaya terus berjuang membangun Tanah Air melalui keahlian masing-masing. Lagu itu pun menjadi salah satu single dalam album Road To Peace yang dirilis pada 2004. “Lagu itu selalu menjadi lagu pembuka Slank atau acara-acara yang diselenggarakan oleh SFC. Mereka selalu menyanyi lagu itu terlebih dahulu,” Denny menambahkan. SFC berdiri sejak 1998. Kala itu, Bunda Iffet sebagai manajer Slank melihat antusiasme Slankers di berbagai daerah. Dari sekadar membuat event atau bakti sosial, sampai ketika para personel Slank telah sembuh dari ketergantungan narkoba Bunda Iffet berinisiatif membuat rehabilitasi khusus pecandu narkoba. “Waktu itu banyak Slankers yang kena narkoba dan minta bantuan Bunda. Karena melihat personel Slank benar-benar sembuh dari ketergantungan narkoba, mereka jadi ingin sembuh,” ujar pria yang akrab dipanggil Bang Denny itu. Saat itu, Bunda bekerja sama dengan RS Bhayangkara Selapa Polri dan Yayasan Sahabat Rekan Sebaya, berkat bantuan dr Aisah Dahlan. Dalam kurun waktu 2006-2008, pasien ketergantungan narkoba terus berdatangan ke Sekretariat SFC Pusat di Jl Potlot III No 14 Duren Tiga, Jakarta Selatan. Selain rehabilitasi untuk ketergantungan narkoba, SFC juga aktif melancarkan kampanye antikorupsi dan kegiatan cinta lingkungan. SFC juga ikut membantu korban bencana alam dan mengadakan acara bakti sosial. Nusantara Online Semangat generasi muda dalam membangun sebuah komunitas yang positif juga terlihat dari game Nusantara Online (Nusol) - game bergenre Massive Multiplayer Online Role Playing Game (MMORPG) pertama yang mengangkat sejarah dan kebudayaan Nusantara. Ide dasar pembuatan game online ini terlahir pada 2006, karena kerinduan sekelompok anak muda untuk membuat media kreatif yang mampu memberikan informasi secara menyenangkan seperti yang sudah dilakukan negara-negara maju. "Tim kami emang suka main game dan suka nonton film, jadi saya punya ide gimana sih bikin sesuatu yang memberi informasi secara menyenangkan dengan konten yang sebetulnya berasal dari sini," kata Creative Director Nusantara Online, Rama Dwissa Wiana. Menurut Rama, awalnya mereka bermaksud membuat film dokumenter karena di masa itu tren dokumenter sedang meningkat. Namun, setelah melalui sejumlah proses, mereka mendapatkan fakta bahwa bisnis film di Tanah Air tidak terlalu "sehat". Karena itulah mereka kemudian beralih ke game online yang belum banyak pesaing lokalnya. Uniknya, proses pengembangan Nusol justru melahirkan komunitas positif lainnya yang saling mendukung. Misalnya, sebuah komunitas bernama Warisan Nusantara yang berfungsi sebagai pusat dokumentasi atau bank data tentang sejarah kebudayaan Nusantara akan dipakai dalam pengembangan konten permainan. "Jauh sebelum Nusol terbentuk kami sudah mengalami susahnya mencari data. Nah, Warisan Nusantara ini terdiri dari orang-orang yang care sama herritage. Data-data itu bisa kami pakai untuk games. Dari situ lumayan, datang (informasi) dari mana-mana. Ternyata orang Indonesia itu banyak yang peduli loh, cuma nggak tahu medianya aja. Jadi, kalau dibilang generasi muda nggak peduli, ah enggak kalau saya bilang!" Rama menegaskan. Sebelum Nusol membentuk badan usaha yang legal pun, banyak orang ingin bergabung. Mengejutkan, banyak respons positif yang mayoritas berasal dari pelajar dan gamers sejak Nusol dibentuk 2008. "Ternyata di luar perkiraan kami, mereka antusias dengan tema ini. Padahal yang sudah ada selama ini kan tema-tema dari luar negeri. Jadi, yang kami kira nggak menarik, ternyata mereka tunggu," ucapnya. Hadapi Kendala Tentu saja tidak mudah untuk menjadi pionir di industri ini. Banyak kendala yang ditemui, mulai dari kendala teknis (keterbatasan teknologi) hingga besarnya dana yang dibutuhkan. Pasalnya, Nusol membangun sistem engine sendiri yang belum pernah ada di Indonesia. "Di Indonesia belum ada, jadi nggak ada tempat untuk bertanya. Kami bisa aja beli atau sewa lisensi, tapi kami kan punya SDM di bidang informatika, jadi kami pengennya kerja bareng, bikin sama-sama supaya punya engine. Akan jadi kebanggaan tersendiri juga kalau punya engine, karena bakal jadi yang pertama," kata Rama. Sayangnya, belum ada dukungan khusus dari pemerintah. Kalau pun ada, hanyalah akses gratis untuk mengikuti pameran. Namun, dampaknya tidak dirasakan secara langsung. Sejauh ini mereka juga berusaha menghimpun dana untuk mengembangkan Nusol ke depan. Nusol sebenarnya telah dirilis nonkomersial pada 2008, tapi terpaksa ditutup pada 2010 karena masih ada banyak hal yang perlu disempurnakan. Namun, hal ini tidak lantas membuat Rama dan kawan-kawan patah arang. Mereka tak ingin mengecewakan orang-orang yang sudah menyambut baik kehadiran Nusol di Tanah Air. "Yang bikin besar hati itu anak-anak ini. Saya di tim juga kadang-kadang udah lemes, tapi kita motivasi 'tuh liat tuh Fan Page!' ternyata Nusol masih diterima. Itu yang bikin kami semangat kerja lagi," katanya. Rama pun berharap di kemudian hari Nusol mampu menyediakan konten tentang Indonesia dengan lebih kaya. Rencananya, Nusol akan kembali dirilis akhir tahun ini. Masih nonkomersial, namun dengan wajah baru. Tak Membedakan Golongan Kelompok lain yang juga menggarap kaum muda adalah Gusdurian. Inayah Wahid, putri Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, menjelaskan bahwa keberadaan Gusdurian tidak membeda-bedakan golongan. Ini mewarisi nilai-nilai Gus Dur. “Kalau ada kelompok yang berseberangan karena hanya melihat persoalan dari sudut pandang kelompok itu sendiri, tentu bisa jadi masalah sehingga penyelesaiannya akan dikembalikan ke daerah masing-masing,” Inayah mengungkapkan. Gusdurian tersebar di 17 kabupaten dan kota, dengan nama masing-masing. Misalnya, di Kediri namanya komunitas Gitu Aja Kok Repot. Ada juga Gusdurian Entrepreneur dan Gusdurian Pasuruan. Kegiatannya beragam, bisa berupa seni-budaya, bisa juga diskusi atau kajian lintas iman. Gusdurian berkembang setelah Gus Dur wafat pada akhir 2010. (Jessica Rezamonda/Wahyu Dramastuti) Sumber : Sinar Harapan

0 komentar:

Posting Komentar