Kamis, November 04, 2010

Metamorfoblus



tamorfosis + Blues = Metamorfoblus. Begitu asal-usul munculnya tajuk film dokumenter terbaru dari Slank, Metamorfoblus. Titel yang datang dari sang vokalis, Kaka, jika dideskripsikan lebih lanjut kira-kira begini: Metamorfosis adalah perubahan sedangkan Blues dalam konteks ini bermakna ganda yaitu bentuk jamak dari blue (biru) yang berkorelasi dengan “generasi biru” alias Slankers, serta blues, genre musik yang pekat mempengaruhi Slank.
Jadi Metamorfoblusyang diterbitkan oleh production house Rumah Pohon Indonesia ini dapat diterjemahkan bebas-bertanggungjawab menjadi: Perubahan yang terjadi pada Generasi Biru, perubahan lewat lagu-lagu blues yang dimainkan oleh Slank, perubahan yang terjadi pada diri personel Slank, ditularkan melalui lirik dan lagu serta diamini oleh Slankers.

Filmyang merupakan olah ulang dari limpahan kaset film yang dimilik Slank ini salah satunya merekam proses metamorfosis sesosok Slanker sejati asal Bantul, Andi. Bagaimana ia tanpa jeda mengkonsumsi narkoba bersama para sejawatnya. Dan yang membuat miris: aktivitas buruk ini dilakukan di rumah ayahnya sendiri, Pak Poniran. Kedua orang tuanya yang notabene religius tentu gusar dengan kebiasaan anaknya ini lalu mencoba menasehati agar melepaskan diri dari jerat obat bius.Akibat tabiat sesat Budi yang tak kunjung berubah, hubungan ayah-ibu dan anak anjlok ke titik terjelek hingga nyaris berujung konflik fisik. Sampai akhirnya di suatu ketika Bunda Iffet serta Bimbim memberi sepucuk surat kepada Budi dan menyemangatinya agar segera membebaskan diri dari gelimang narkotika. Walau susah payah, berbekal “wahyu” dari sosok yang amat dihormatinya tadi, akhirnya Budi sanggup lepas sama sekali dari ketergantungannya.

Terdokumentasi pula lintang pukang sekumpulan Slankers Kupang yang berjuang sekadar mendapatkan paspor agar bisa bepergian ke Timor Leste.Jika sebelumnya dengan sangat mudah mereka menyeberang ke Dili maka di masa kini regulasi telah berbeda lagi. Namun demi Bimbim, Kaka, Abdee, Ridho & Ivanka, apa pun kendalanya, seberapa pun hebatnya rintangan, dijalani dengan tawakal dan berani.

Ada juga kisah Joker, penggemar Slank yang lain, yang kebetulan menjabat sebagai reserse di Batam. Pengaruh Slank begitu merasuk ke dirinya sampai membuatnya percaya bahwa perdamaian adalah panglima, lebih bijak mengedepankan dialog, serta sebisanya hindari praktek kekerasan.

Seolah sengaja dibikin klop dengan gaya slenge’an grup musik yang telah berdiri sejak 1983 ini, distribusinya hanya dilaksanakan via jaringan bioskop alternatif. Pemutaran filmnya pun kabarnya akan dilakukan bukan di bioskop-bioskop besar atau konvensional, tapi di gelanggang-gelanggang olahraga atau gedung-gedung publik yang dianggap layak. Rumah Pohon Indonesia, dibantu oleh Djarum, bekerjasama dengan Kineforum, berencana bakal memanfaatkan jejaring Slank Fans Club yang begitu luas lagi kuat untuk mengoptimalkan gaung film ini.

So, stick around, ikuti terus perkembangan film ini melalui http://www.metamorfoblus.com

Indonesia’s living rock legends, Slank, have just released their documentary movie, Metamorfoblus. This movie is actually a re-edited movie from lots of film stock archived and owned by Slank.

Other than documenting the metamorphosis of Slank, their musical evolution, and how the band members changed (from using drugs extensively to 100% drug free), it also focuses on a few of their fanatical fans, the so-called ‘Slankers’, and how Slank have changed their lives dramatically.

Rumah Pohon Indonesia, the production house that produced the movie, said that they would use different kinds of strategies for promoting the movie. They would use the strong and solid network of Slank Fan Clubs all over Indonesia, and also work together with Kineforum, with support from Djarum.

Rather than conventional theatres, this film is going to be played in big sports centres or public buildings.

Keep yourself updated by visiting http://
www.metamorfoblus.com


0 komentar:

Posting Komentar